Wednesday, December 10, 2008

Di kala dunia nyata tak lagi menyenangkan, lebih seru berpetualang di dunia maya, virtual world. Sebuah dunia yang bahkan kepadanya kadang kita bisa merasa lebih terbuka dan jujur. Sebuah dunia yang mau mengerti bahwa tak selamanya kita mau dibebani dengan pertanyaan-pertanyaan tentang identitas, kualitas dan kuantitas.
Spesial for my friends sweety_puro.....

SEJAUH YANG KUKENAL : HANYALAH SEBUAH NAMA
Sebuah fakta dalam alam mayapada
Kenyataan dalam dunia fantasi*


Tak pernah sedetikpun,
bayangan wajahmu singgah di mataku
Tak seperti angin yang berbisik lembut,
telingaku pun tak pernah mendengar suaramu
Yang terlintas di mataku
Hanyalah berjuta-juta kalimatmu
Yang tercatat di kepalaku,
Hanyalah sebaris kata-kata
Yang kita anggap sebagai sebuah nama

Kau dan aku adalah warna-warna imajinasi
Kita berkolaborasi dalam ruang fantasi
Meski kita tak pernah mendefinisikan keakraban
Namun kita bahagia untuk saling bercerita
Tentang malam-malam yang sepi
Atau,
Senja yang damai berbalut belaian angin yang lembut

Aku mengetuk pintu dunia itu dengan keraguan
Namun ketika bertemu denganmu, sedikit kekosonganku terisi
Kudapatkan kembali senyumku
Kubangun keceriaan yang tidak dapat kubangun dibawah matahari
Kudapatkan setetes embun untuk membasahi hatiku

Mungkin hanya sebatas itulah,
Waktu mengizinkan kita untuk bercengkerama
Ia tak mau kita tenggelam dalam rasa
Sedih, kecewa maupun bahagia.

Kita adalah iringan harmoni suara di angkasa raya
Bertemu di langit yang semu
Kita bahagia dalam kesemuan
Namun sedikit berharap bahwa tak selamanya semu

“Dunia dibangun melalui imajinasi. Engkau menyebut dunia ini kenyataan
hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata. Sedang gagasan hakiki yang merupakan cabang dunia, justru engkau namakan imajinasi.
Padahal kenyataannya sebaliknya, imajinasi itu adalah dunia itu sendiri”
-Jalaluddin Rumi-


“Kata-kata mengalir dari lidah manusia sesuai dengan batas ukuran dan kemampuan yang dimiliki manusia. Kata-kata kita bagaikan air yang dialirkan oleh penjaga pengairan. Air akan mengalir sesuai keinginan sang penjaga”
-Jalaluddin Rumi-


“Kata-kata ibarat gerakan benda di kejauhan. Karena melihat gerakan itu, engkau ingin melihat benda apa yang sesungguhnya. Gerakan benda itulah yang merangsang engkau menyaksikan benda itu”
-Jalaluddin Rumi-


“Kata-kataku hanyalah sekedar yang mampu keluar dari hatiku.
Aku bukan penjaga pengairan.
Kata-kataku bukan gerakan benda yang membuat orang penasaran.
Kata-kataku bukan imajinasi yang membangun dunia nyata.
Kata-kataku hanyalah mimpi yang membangun alam fantasi”
-Dee@n-


Mereka-mereka yang bersahabat itu, seperti anak-anak sungai.
Mereka mengalir ke arah-arah yang berbeda, tergantung takdir membawa hidup mereka. Tapi suatu saat, takdir akan mempertemukan mereka kembali, untuk mengingatkan mereka tentang bening dan gemericiknya persahabatan.
Seperti bening dan gemericiknya air yang mengalir dari puncak gunung.
-Dee@n-


“Dia yang memahamimu adalah kerabat yang lebih dekat kepadamu daripada saudaramu sendiri. Karena mungkin keluargamu tidak pernah bisa memahamimu atau mengenal siapa dirimu yang sebenarnya”
-Kahlil Gibran-


“Kemarin aku menyesali dan perkataanku hari ini aku mengerti kesalahanku dan kejahatan yang kulakukan atas diriku ketika aku memecahkan haluanku dan menghancurkan busurku.”
-Kahlil Gibran-


Also dedicated 4 :
sphere&smooth, sweetest_smile, crispy_laugh, semi_otomatic, me&my_selfish, explosive_XX, d’hard_heart, little_but_sweet, lely_R.A, choe_rie, gus_dur, sleepy_eye.
Great thanks 4 Kiroro, after long time, finally i found u. Thanks 4 ur beautiful voice.
*Judul lagu Koil The Rock

Thursday, December 4, 2008

MENANTI SETETES EMBUN

Betapa terkadang engkau merasa terjebak dalam keadaan yang membuatmu selalu ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk mengusir rasa yang menghimpit. Dirimu seakan terjebak di daratan yang luas, sepi, kering, tandus dan panas. Tidak seorang pun yang tahu dan mau tahu, tak seorangpun yang peduli dan tak berpura-pura tuli. Engkau merasa bumi sengaja diciptakan sebagai tempat pengasingan bagi dirimu. Dalam keadaan seperti ini, engkau tak punya daya untuk melakukan apapun, yang bisa kau lakukan hanyalah diam, menanti setetes embun. Embun yang memberikan kesejukan bagi hatimu yang telah kering oleh panasnya dunia, embun yang memberikan penghidupan bagi hatimu yang telah dimatikan oleh ketidakcukupan, embun yang memberikanmu penerangan dan pengharapan, bahwa pagi telah datang.


Adalah sebuah keindahan, jika engkau dapat meraih apa yang benar-benar engkau inginkan. Sesuatu yang engkau merasa nyaman untuk menjalaninya. Tapi apa yang benar-benar kita inginkan, belum tentu juga yang terbaik bagimu. So…,what we have to do?. Just going whre the wind blows. Jalani saja seperti angin berhembus atau air mengalir. Asal jangan sampai airnya bertambah keruh dan kotor karena mengalir menuju ke got.

Jangan pernah mengeluh soal HPmu yang ketinggalan jaman kepada teman yang tidak punya HP. Jangan pernah mengeluh soal motormu yang kehabisan bensin, kepada temanmu yang jauh-jauh ke sekolah naik sepeda. Dan, jangan pernah mengeluh soal soal sepatumu yang buruk kepada orang yang tidak punya kaki (Indy Febirani,”Gerimis”). Intinya, ini adalah soal rasa syukur. Syukurilah hidupmu, syukurilah apa yang kau miliki saat ini. Sebelum rasa memilki itu pergi dan menggantinya dengan rasa kehilangan.

Semua dari kita, sebenarnya memiliki sesuatu yang nilainya melebihi dari apa yang kita inginkan. Hanya saja, seringkali kita tidak menyadarinya. Oleh karena itu renungkanlah, jangan sampai kita tersadar memiliki sesuatu setelah sesuatu itu menghilang

Hidup ini bukan hanya perkara hasil, tapi juga perkara proses. Berjuanglah, langkahkan kakimu, ambil resiko, raih apa yang kau cita-citakan. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keberhasilan. Semakin besar keberhasilanmu, semakin besar pula harga yang harus kau bayarkan. Jangan sampai suatu saat kau menyesal karena merasa belum berjuang. Penyesalan seperti ini, rasanya lebih nyeri di hati daripada penyesalan yang kau rasakan karena kegagalan meski telah berjuang.

Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya, yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan waktu relatif tergantung kecepatan gerbong —ini pendapat Einstein—maka pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.
-Andrea Hirata, dalam Edensor-

Monday, December 1, 2008

SAJAK UNTUK BUNGA

dari cahaya Untuk bunga
dan dari penerang untuk kebaikan

Di mataku, kau selalu tampak indah
Menatap sejuk dan senyummu…
Memancarkan energi kebaikan yang kan…
Menentramkan hatiku
Membasahi kekeringan hatiku,dan…
Menerbitkan matahari dalam kegelapan mimpiku

Di dekatmu, aku selalu merasa bahagia
Walau mungkin,
Tak sebahagia Shrek kala berada di dekat Viona
Meski mungkin,
Tak sedekat Mr.Frodo dan cincinnya
Dan meski juga, agaknya…
Belum semenarik kombinasi hiu dan remora.

Aku juga terbiasa tersenyum
Jika keindahan kelopak bungamu
Dipendarkan berkas putih sinar matahari
Aneka warna yang ada padamu berpendar,
lalu luruh membungkus hatiku
Di dalam seribu pesonamu
Tersirat beribu-ribu ayat-ayat Tuhan
Berkehendak aku membacanya
Mudah-mudahan aku sanggup
Tapi keyakinanku berkata, "Selama kau punya hati, kau bisa melakukannya!"

Tapi seperti besarnya asa Arai meraih keindahan Nurmala
Sebesar itu pula lah…
Asa menjadi sumsum hatiku
Asa untuk menjadikanmu matahariku
Asa untuk menjadikanmu Edensor dalam hatiku
Dan, asa membangun Babilonia untuk mengikat pesonamu.

Tapi aku juga hanya rumput-rumput kecil
Aku tak kuasa menghalangi keinginan matahari
Untuk mengusir kebeningan embun pagi dari tubuhku...
Aku hanya akan berharap, dan tetap berharap
Bahwa malam akan datang dan kembali menurunkan titik-titik embunnya.

Awal Desember '08 12.29 AM
Kala cahaya menatap bunga yang sedang

Friday, November 28, 2008

THE IGNORED

Kawan, ini adalah kisah tentang para penjual.Sungguh mereka masih muda, ganteng dan cantik. Dalam keranjang hatinya yang tampak menyedihkan dan sangat butuh dikasihani, mereka hanya menawarkan dua macam barang dagangan. Kedua barang itu berwarna putih, tampak begitu besar dan berat sehingga kelihatan letih sekali mereka membawa dan menawarkan barang dagangan itu. Keringat mengucur dari dahi mereka, demikian juga air mata mereka. Keringat dan air mata membasahi dagangan mereka sehingga warnanya kini berubah menjadi sedikit kusam, putih agak abu-abu.

Sekian waktu berjalan, sampailah mereka di depan sebuah gedung yang mengesankan intelektualitas. Seorang lelaki yang tua namun berkuasa duduk santai di depan gedung itu. Beberapa orang yang mungkin bawahannya, duduk penuh takdim mengelilinginya. Dengan perasaan takut dan was-was, mereka menawarkan barang dagangannya kepada pak tua itu. Melihat barang dagangan mereka, pak tua itu malah tertawa lebar. Lebar sekali sehingga nampak jelas giginya yang cuma tinggal beberapa butir.

"Ha ha ha ha, untuk apa barang dagangan seperti itu kau tawarkan padaku?. Aku nggak butuh yang seperti itu, nggak ada untungnya buat kau. Aku butuh yang bisa menghasilkan uang, uang dan uang. Jaman sekarang butuh uang, bukan yang begituan. Sudahlah pergi sana, tawarkan saja itu pada yangmau, kalau memang ada yang, ha ha ha ha".Tawa orang tua itu kembali meledak diikuti tawa anak buahnya. Merasa malu dan terhina, mereka segera menyingkir dari tempat itu.

Sekarang mereka berjalan kembali, sampai saat senja turun menjelang malam. Mereka menuju sebuah lahan kosong, yang sepi, tidak terawat dan penuh ditumbuhi ilalang. Lantas mereka mencangkul tanah, membuat sebuah lubang besar. Mereka memasukkan barang dagangan mereka ke dalam lubang itu kemudian menutupnya kembali dengan tanah. Sebuah papan besar berwarna hitam mereka tancapkan di atasnya. Di papan itu terpampang sebuah tulisan mencolok berwarna merah, "TELAH BERISTIRAHAT DENGAN PENUH KEDAMAIAN, MILIK KAMI TERCINTA, IDEALISME DAN PROFESIONALISME".

Sunday, November 23, 2008

YANG MEREKA BILANG ITU DOSA

Mereka bilang ini dosa,
Kata siapa, wong ini enak, kataku
Mereka ngomong ini haram,
Siapa bilang, wong semua orang berebut
Tidak peduli Lurah, Camat, ulama bahkan presiden
Mereka juga bilang, aku tidak punya nurani
Lalu aku bilang, apakah atasanku memilikinya?.


Korupsi, korupsi, dan korupsi
Itulah yang bilang dosa dan haram
Mengambil yang bukan milik
Memalak yang bukan hak
Memalsu yang bisa dipalsu


Aku tidak pernah peduli
Pada kalian yang merasa kukhianati
Hanya satu yang terpatri di kepala
"AMBIL SELAGI BISA"
Hanya satu yang terpatri di hati
"KORUPSI ADALAH SEBUAH TRADISI"

Sampai saat itu tiba
Aku masih terus bernafsu
Sampai saat itu menjemput
Aku masih terus memburu dunia
Aku terus mengkhianati kalian

Sebelum tanah menghimpit raga
Sebelum sesal menampar hati
Dan sebelum aku baka dalam siksa
Akulah sang raja dunia
Akulah sang penguasa rimba

Hati Kawula

Aku terbang bersama mimpi-mimpiku
Aku luruh menjadi asap
Membumbung tinggi bersama angan-anganku
Terbang tinggi selayak satria Pringgadani
Di atas samudera biru nusantara

Oh,
Alangkah sempurnanya mimpi-mimpi itu
Begitu hebatnya angan-angan itu
Tiada cacat tiada cela
Serupa melati mawar berbingkai permata
Serupa jamrud di tengah dunia

Kujelajah negeri Anta Berantah
Tuk mencari tambatan mimpi-mimpiku
Tambatan serupa angan-anganku
Pengobat seuntai air mata rinduku

Kubertamu pada istana-istana yang megah membahana
Kutemui raja-raja bermahkota permata ludira
Singgasananya mengambang di atas tirta samsara para kawula
Busananya berlapis sutera ungu memukau
Para dayang cantik berhias bulu-bulu putih keperakan menyilaukan mata
Para menteri duduk menunduk berjajar

Wahai Raja, hamba datang!
Kupersembahkan berpeti-peti petisi
Titipan para kawula yang ber-Puputan Margarana
Titipan para kawula yang berteriak-teriak karena derita

Wahai Raja, hamba datang!
Hanya untuk sekedar mengingatkan
Barangkali engkau telah lama tertindih hati nurani
Oleh bujuk rayu manis para Sengkuni!

Sesungguhnya tak banyak yang mereka harapkan
Hanya sedikit waktu dari sehari penuh
Hanya sekejap dari waktu matamu terjaga
Hanya setitik dari rasa empatimu
Hanya setetes dari rasa peduli yang tersimpan dalam kuali hatimu.

Professionalism and Idealism

Sesungguhnya seperti isme-isme yang lain, dia memang menuntut perjuangan dan pengorbanan. Konsistensi kita dalam menjalankan nilai yang terkandung dalam isme itulah yang menjadikannya benar-benar sebuah isme. Tapi entah kenapa, konsistensi itu itu pula yang memberikan implikasi kurang menyenangkan bagi kita. Inilah yang lantas secara aklamasi kita sebut sebagai sebuah ironi.


Let's talk about Idealism

Idealisme hanya hanya akan membuat kamu miskin dan termarginalkan. Terutama bila kamu tidak didukung oleh sistem dimana kamu sendiri menjadi elemen dari sistem itu sendiri. Sebenarnya tidak pernah ada yang salah dengan sistem, karena ia selalu dibuat dengan sebagus dan seideal mungkin.Hanya saja personal-personal yang membentuk sistem itu sendirilah yang membuat sistem tampak cacat. Tapi memang baru sampai di situ sajalah kemampuan kita, masih sibuk mengutak-atik/membangun sistem dan melupakan membangun elemen-elemen pendukungnya. Apa jadinya bila kita bersusah payah memegang idealisme sementara kita dikelilingi oleh orang-orang yang skeptis dan oportunis. Bersiap-siaplah untuk merana, dihina dan ditertawakan.
Ironi 1 : Orang yang idealis malah miskin termarginalkan


Let's talk about Professionalism.

Sedangkan profesionalisme membuat kamu seperti orang paling bodoh di dunia. Di dalam sistem yang tidak sejalan dengan prinsip kamu, kamu adalah ALien, keberadaan kamu dianggap tidak teridentifikasi seperti UFO (Unidentified Flying Object). Itu artinya kamu harus mengambil jalan yang pastinya berbeda dengan jalan yang diambil kebanyakan orang. Jalan yang karena banyak orang yang yang melaluinya, maka dianggap benar. Kamu berteriak keras menunjukkan keteguhan prinsip kamu, tapi mereka sama sekali acuh tak acuh, tak peduli. Jadilah kamu seperti orang yang tampak bodoh.
Ironi 2 : Orang profesional malah tidak dianggap dan terlihat bodoh


What we try to say.

Mereka, kebanyakan orang itu, memang sering berkumpul, rapat, diskusi, mengadakan seminar tentang profesionalisme dengan tema-tema yang megah, menggetarkan jiwa. Mereka pintar beranalisa, berargumentasi dan juga berkonspirasi. Tapi apa yang mereka analisa dan argumentasikan, never more than just a fake. A great conspiration covered by a fake.
Ironi 3 : Megah tapi palsu


The conclution.

Aku sebenarnya malu mengucapkan semua ini. Aku malu dan malas harus bertengkar soal profesionalisme dan idealisme. Aku bahkan rela jika dikatakan kurang beretika. Aku seharusnya adalah orang yang bekerja dengan dasar ketulusan dan keikhlasan. Tapi apa daya, bagaimanapun aku tetap manusia biasa, bahkan ketulusan dan keikhlasan itu tak mampu memberikan aku kehidupan. Aku membutuhkan timbal balik sebagai konsekuensi dari tuntutan profesionalisme yang sudah kami laksanakan.
Ironi 4 : Aku mau tapi malu dan malas


Closing Statement

"Idealisme menuntun kita pada kehancuran. Profesionalisme di institusi ini adalah sebuah pertanyaan. KENYATAAN DALAM DUNIA FANTASI"

Tuesday, November 18, 2008

Psychology Addiction

“Cinta itu bisa menimbulkan adiksi psikologi, kecanduan secara psikologi, atau bahasa kerennya Psychology Addiction”

Itulah sebuah teori baru yang dikatakan temanku ketika asyik ngobrol sambil menikmati keindahan alam Taman Hutan R. Soeryo, Pacet. Sebuah teori yang bahkan belum pernah kudengar dari Dokter Cinta yang ada di rubrik-rubrik cinta majalah remaja, atau bahkan dari maha guru cinta semacam Shakespeare dan Kahlil Gibran.

Sebuah teori yang mungkin saja mengusik ketenangan jiwa para ahli psikologi, memaksa Sigmund Freud bangkit dari kuburnya lantas mengeluarkan komentar sinin, “Teori apaan itu, sok tahu kamu!!”

Jika dipikir-pikir, temanku itu hanya berusaha untuk mengungkapkan sebuah makna sederhana saja. Makna yang rasanya semua orang pernah mengalaminya, tetapi jarang yang menyadarinya. Maksud dari adiksi psikologi itu kurang lebih adalah seperti berikut ini. Katakanlah ada seorang cewek yang mempunyai seorang cowok yang benar-benar ia sayangi. Maka setiap saat si cewel akan menerima atau bahkan menuntut limpahan perhatian dan kasih sayang dari sang cowok. Lantas ada suatu masa dimana terjadi kerenggangan dalam hubungan mereka, yang akhirnya mengakibatkan mereka “Break!”, putus tali cinta. Entah karena faktor apa itu, tapi itulah yang terjadi, that’s the fact, they broke up!!.

Nah, secara otomatis limpahan perhatian dan kasih sayang yang biasa diterima si cewek dari sang cowok akan terhenti. Setelah itu, si cewek akan berusaha secepat mungkin mencari pengganti limpahan perhatian dan kasih sayang yang telah menghilang. Dengan kata lain, ia akan berusaha mencari cowok baru secepatnya. Kadang begitu cepatnya sehingga terkesan si cewek tidak selektif,siapa sajalah aku mau asalkan segera dapat cowok, mungkin itulah yang ada di pikiran si cewek. Sebagai pelampiasan, itulah istilah umumnya.

Ia begitu membutuhkan seseorang yang menurut dia “mau peduli pada perasaannya”, seseorang yang secara intens memberikan perhatian padanya. Seseorang yang setiap saat bertanya, “Dah makan belum?”, “Udah sholat ta?”, “Gi dimana sayang?” atau sekedar bertanya, “Gi ngapaen honey?,kangen nih”. Pertanyaan-pertanyaan yang menurut dia adalah manifestasi dari rasa peduli yang ada di hati.

Nah, bila ada cewek seperti itu, bisa dikatakan dia terkena penyakit adiksi psikologi. Limpahan kasih sayang dari sang cowok membuatnya kecanduan sehingga begitu limpahan kasih sayang itu menghilang, ia berusaha secepat mungkin mencari penggantinya. Seakan hidup begitu sepi,hambar,sakit, tanpa limpahan kasih sayang cowok.

Dan menurutku, pribadi semacam ini adalah pribadi yang lemah, rapuh. Yang dipikirkannya hanyalah “perasaanku”, bukan “perasaannya”. Orang seperti inilah yang perlu dikasihani, bukan orang yang air matanya mengalir deras karena putus cinta. Orang yang menangis itu adalah orang yang berani mengekspresikan perasaannya. Sedangkan para adiksioner, lebih takut mengekspresikan perasannya, karena pada dasarnya ia memang takut pada perasaannya sendiri. Ingin sekali kutegaskan, bahwa orang yang menangis tidaklah selalu orang yang cengeng/lembek/rapu/lemah, pun orang yang kepalanya selalu tegak, kering air mata, tidaklah selalu orang yang tegar.

Ini adalah cara pandangku kawan, aku yakin kamu punya cara pandang sendiri, maka tuliskanlah. Seperti bunyi sebuah kata bijak, “karena tidak semua hal bisa diucapkan, maka tuliskanlah”.

Friday, October 31, 2008

IT'S ALL ABOUT LOVE

Created by ©DEEANtech

"I love you", orang Inggris bilang. "Ich liebe dich", Jerman punya. The Japanese says, "Aishiteru". Orang Spanyol bilang, "Te Amo". "Eu te Amo", ngomongnya orang Portugis. Bermacam-macam bahasa, bermacam-macam cara orang mengatakan "aku cinta kamu". Cinta tidak mengenal bangsa maupun bahasa. Ia bisa tumbuh di dalam tubuh siapa saja selama ia memliki hati. Ingatlah kata bijak, mata diciptakan sepasang, telinga diciptakan sepasang, kaki dan tangan diciptakan sepasang. Tapi mengapa Tuhan hanya menciptakan satu hati?, karena manusia disuruh mencari pasangannya.

"Kalau sudah berurusan dengan cinta, siapapun punya potensi menjadi sastrawan dadakan. Mendadak ia punya mata artistik, bisa melihat segala keindahan dan kepahitan lalu menuangkannya dalam kata-kata terindah maupun tersendu".

Kalau ada orang bicara seperti itu, itu bukanlah pendapat yang asal, banyak orang yang sudah mengalaminya. Cinta itu ibarat sinar matahari, menerangi dan memberi energi, serta mengubahnya menjadi bentuk-bentuk energi yang lain. Tapi sinar matahari juga ada kalanya menghilang, meninggalkan kegelapan yang mencekam.
Cinta, Love, Amor, Tresno . A miracle word. Sebuah kata ajaib, sebuah kata mu'jizat. Sebuah kata yang bisa membuat manusia berdinamika dengan alam, berjibaku dengan hasrat dan mimpi-mimpi, menciptakan peristiwa-peristiwa hebat yang akan dicatat, dikenang dalam sejarah peradaban manusia, menciptakan keajaiban-keajaiban, menciptakan mu'jizat yang hebat, bahkan juga melahirkan kekonyolan.

Karena cinta, Napoleon Bonaparte rela menjual harga dirinya sebagai laki-laki pemberani nan hebat, Singa Daratan Eropa, dengan bertekuk lutut di hadapan Cleopatra. Karena cinta, di India muncullah bangunan kuburan serupa masjid yang dinamai Taj Mahal. Sesuai dengan namanya, bangunan ini memang benar-benar mahal. Demi mengenang istrinya Arjumand Bano Begum, Pangeran Khurram rela menghabiskan 17 tahun dan 20 ribu pekerja untuk membangun Taj Mahal setinggi 60 meter berlapis emas, perak bahkan berlian itu. Hmmm, amazing, betapa mahalnya harga sebuah cinta.

Tergetar oleh cinta, William Shakespeare menciptakan sebuah kisah romansa melegenda, yang menjadi inspirasi para bujang dan dara yang dibuai cinta, Romeo and Juliet. Karena memperjuangkan cinta, Qays dan Layla rela mati sengsara. Karena dibutakan cinta, mucullah Tangkuban Perahu ke permukaan bumi. Demi cinta, Ibrahim rela menyembelih Ismail. Karena kehebatan cinta, kita bisa melihat kehebatan Candi Sewu.

Pun karena cinta pula, aku mengalami yang namanya minggu penyiksaan. Selama seminggu aku susah tidur, selalu gelisah memikirkan seseorang yang kuyakini sebagai soulmate-ku (aku harap kalian tidak menganggap bahasaku terlalu berlebihan (^_^) ). Gelisah memikirkan sesosok wajah yang selalu berkelebat dalam alam setengah sadarku. Jika tiba-tiba aku terbangun dari tidurku di tengah malam, rasa kesepian yang luar biasa menghantam hatiku secara bertubi-tubi. Hatiku berangsur mengerut, beringsut mengecil karena rasa kesepian yang begitu dingin. Cinta, sepi, rindu, tiga rasa itulah yang berjejal-jejal memenuhi pori-pori hatiku. Aku tak sanggup lagi meneguhkan hatiku. Biarlah air mata ini mengalirkan kesejukan dalam hatiku dan perlahan menumbuhkan kehidupan di dalamnya yang mulai mati. Amor Platonic terluka.

Kadang aku berpikir , apakah ini yang namanya yang kalau orang Jawa bilang "kejenthok tresno"?, demikian sayangnya sehingga tidak mau kalau tidak dengan dia. Entahlah, secara logika mungkin itu dapat dinilai konyol. Tapi secara hati nurani, naluri, itu adalah sebuah kewajaran. Lagipula antara hati dan logika memiliki wilayah kerja yang berbeda, keduanya takkan bisa berkompromi untuk berdamai. Kadang-kadang bisa sih, tapi sulit, seperti sulitnya mendamaikan Thomas dan Jerry, he he he.

Kok aku jadinya curhat yaa..Sudahlah jangan terlalu dipikirin, berkat cinta aku bisa menuliskan sedikit pengetahuanku tentang cinta ini. Untuk kalian semua yang sedang berurusan dengan cinta, baik jatuh cinta maupun putus cinta, (^_^), jangan jadikan itu sebuah kekonyolan absolut (pinjem istilahnya Andre Hirata). Jadikan itu sebagai sebuah momen untuk produktif, menghasilkan tulisan untuk berbagi pengalaman, memberikan inspirasi kepada semua hati di bumi. Jadikan itu sebagai kenangan masa lalu untuk proses pendewasaan. Live must go on. Berjalanlah lurus ke depan, boleh menengok ke belakang, tapi jangan terlalu sering.Wasaalam.

Untuk Bunga Kebaikan, miss u always

Wednesday, October 15, 2008

THE PAIN


Hari itu,Selasa 14 Oktober 2008. Pukul 23.00

Mataku telah mengantuk, tapi hatiku tidak mau selaras dengan keinginan mataku. Mataku melirik tombol power PC, otakku memerintahkan untuk segera menekannya.Zaap, cahaya monitor langsung menghujam mataku dalam kegelapan.


Kubuka Winamp. Hanya ada satu lagu yang ada di playlist. Yah!, cuma satu lagu. Bila lagu itu selesai, kuklik ganda lagi biar lagu itu berputar kembali. Sementara itu, kubuka Photoshop. Ingin kutuangkan perasaan ini dalam sebuah gambar. Gambar yang bisa merepresentasikan hatiku yang bergejolak, berdarah-darah karena menahankan sakit dan kerinduan. Ah, lagunya telah habis. Putar lagi!! Terus begitu, berulang-ulang, tak tahu telah berapa puluh kali lagu itu kudengarkan. Biar,siapa juga yang akan peduli, biar lagu itu terus bersuara mengusik kekeruhan hatiku. Walaupun rasanya,semakin sering kuputar, lagu itu semakin membuat hatiku terkena efek blur dan pinch. Tapi aku tak peduli, aku hanya ingin mendengarkannya. Teruslah bernyanyi Hijau Daun, tugaskankanlah angin untuk menyuarakan Suara-ku.



Pukul 1.11. Tak terasa hari telah berganti, Rabu 15 Oktober 2008. Hampir dua jam aku duduk berkreasi menuruti keinginan hatiku. Dan jadilah gambar tak jelas maknanya yang kalian lihat di atas.Hijau Daun masih berkumandang. Kasihan dia, kuhentikan saja. Kuganti dengan Akon yang selalu merasa dirinya sebagai Mr.Lonely. Perutku tiba-tiba terasa lapar, udah ya aku tinggal makan dulu. Kalian teruskan saja pekerjaan kalian.Bye.....

Sunday, July 6, 2008

BERIKAN YANG TERBAIK DARI DIRI ANDA UNTUK NEGARA

Momen kebangkitan nasional tahun ini diwarnai dengan berbagai macam keprihatinan. Keprihatinan akan kondisiperpolitikan, kondisi perekonomian rakyat, kondisi pendidikan, keprihatinan akan sikap dan mental para wakil rakyat, dan tentunya keprihatinan terkait timbulnya aneka konflik sebagai ekses keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Seolah-olah menegaskan akan makna kebangkitan itu sendiri, berbagai keprihatinan itu muncul untuk menguji kemampuan bangsa ini dalam menghadapi keterpurukan untuk kemudian bangkit kembali menuju keadaan yang lebih baik. Keadaan yang selama 100 tahun Kebangkitan Nasional, kita masih berusaha untuk mencapainya.

Namun seperti apa yang dikatakan Deddy Mizwar, “bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa”. Begitulah memang seharusnya sikap kita dalam menghadapi aneka cobaan itu. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan negara ini. Seburuk apapun kondisinya, jangan bersikap pesimis untuk menciptakan kemajuan, jangan sampai kelak kita menyesal karena belum berjuang. “Kita mempunya 40 juta alasan untuk kegagalan, tapi tak satupun yang bisa dimaafkan”, begitulah kata Rudyart Kipling, peraih nobel tahun 1907. Lain lagi yang dikatakan Napoleon Bonaparte, “Tidak ada yang mustahil di bawah kolong langit ini. Mustahil adalah kata yang digunakan oleh orang tolol”.

So, tidak ada yang mustahil untuk memajukan negeri ini. Tidak ada kata mustahil dengan harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu macan Asia, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi swasembada pangan lagi. Tidak mustahil meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di level Asia atau dunia, tidak mustahil memberhangus budaya korupsi, tidak mustahil Indonesia bisa merajai bulutangkis dunia lagi, pun tidak mustahil Indonesia bisa menjadi juara Piala Asia atau menjadi kontestan Piala Dunia. Tapi untuk mewujudkan itu membutuhkan proses dan kerja keras. Karena jalan menuju puncak gunung tidaklah mudah dan nyaman, melainkan berkelok-kelok, penuh batu, tebing curam dan jurang yang dalam.

Banyak ide-ide besar yang dikemukakan untuk mmeperbaiki kondisi bangsa kita saat ini. Namun kembali pada hakekat sebuah ide, ide akan jadi lebih bermakna bila dilaksanakan, sehingga ia tidak seperti embun di atas aspal yang akan segera menguap bila terkena panas, menghilang sia-sia. Sebuah ide besar yang brilian yang tidak dilaksanakan, nasibnya tidak lebih baik dari ide kecil dan sederhana tapi benar-benar dilaksanakan.

Oleh karena itu, jika ingin memajukan kondisi negara kita ini, harus dimulai dari hal-hal kecil, dari lingkungan yang terkecil, mulai dari diri-sendiri. Menyumbangkan ide/pemikiran besar, boleh-boleh saja bahkan harus, asalkan manfaatnya benar-benar mengena pada kehidupan rakyat.

Sebab bangsa ini adalah sebuah elemen besar, yang terdiri dari elemen-elemen kecil. Untuk memperbaiki elemen yang besar itu, elemen-elemen yang kecil harus memperbaiki diri dulu. Mari kita perbaiki diri sendiri, sebelum bersuara lantang menyerukan orang lain untuk memperbaiki diri atau kelompoknya. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri. Berikanlah yang terbaik sesuai dengan bidang dan minat yang kita jalani.

Saudara yang pedagang, jadilah pedagang yang jujur, jangan mengurangi timbangan, jangan memalsukan produk. Saudara yang nelayan, tangkaplah ikan secara bijaksana, jangan merusak laut dengan bom atau racun. Saudara yang petani, bekerjalah sebagaimana mestinya, saudara-saudaralah yang turut menghidupi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Anda yang pengusaha, bersainglah secara jujur dan sehat, perhatikanlah nasib buruh-buruh Anda, jangan mengeksploitasinya seperti mesin. Anda yang polisi, jadilah yang benar-benar pengayom masyarakat, jangan menyusahkan rakyat dengan pungli-pungli, bekerjalah dengan baik, jangan mengkorupsi waktu. Anda yang guru, jangan hanya bisa menyuruh untuk belajar, Anda juga harus banyak-banyak belajar, tingkatkan intelektualitas dan kompetensi Anda. Andalah kunci keberhasilan pendidikan di negeri ini. Anda yang sastrawan, ciptakanlah karya-karya yang bermutu tinggi, yang mampu memberikan pencerahan bagi jiwa bangsa ini. Jangan melupakan moralitas hanya demi popularitas dan finansial.

Seorang muda yang intelek dan berbakat seperti Habiburrohman El Shirazy pernah berkata dalam suatu wawancara, untuk meningkatkan kemajuan negeri, kita khususnya kaum muda harus bisa meningkatkan prestasi dibidang kita masing-masing. Pendapat seperti ini tentulah sangat tepat,sebab pada dasarnya yang menjadi sendi dan masa depan dari keberadaan bangsa ini adalah para pemuda. Keadaan pemuda saat ini, bisa merefleksikan keadaan bangsa beberapa tahun yang akan datang. Keberhasilan pembangunan pemuda saat ini, adalah kunci keberhasilan pembangunan di masa mendatang. Jika para pemuda, tidak bisa berbuat sesuatu yang besar untuk membuat perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, berbuatlah sesuatu yang kecil, namun jika yang kecilpun tak mampu melakukannya, setidaknya jangan menambah susah ibu pertiwi ini dengan perbuatan yang sia-sia. Sudah cukuplah derita yang telah ditanggungnya, jangan lagi ditambah-tambah.

Kalau Anda pernah melihat film Pay It Forward (Balaslah ke Orang Lain), betapa kita akan memperoleh sebuah makna yang besar. Betapa sebuah ide yang bermanfaat, yang membuat perubahan untuk kebaikan bersama, bisa datang dari siapa saja termasuk dari anak kecl yang asih lugu pemikirannya. Namun dengan keluguan pemikirannya itulah, ia bisa melaksanakan idealismenya tanpa terbebani rasa takut dan pamrih.

Berawal dari tugas dalam mata pelajaran ilmu sosial, dan keprihatinan akan keadaan dunia yang menurutnya sudah “brengsek” ini, si bocah kecil tokoh utama dalam film ini, membuat paper yang isinya menganjurkan kepada tiap orang untuk berbuat kebaikan apa saja kepada 3 orang lain, dan menyuruh masing-masing dari 3 orang itu untuk membalas kebaikan kepada 3 orang lainnya. Dengan demikian akan tercipta sistem berbuat kebaikan yang mengakar. 1 kebaikan menjadi 3 kebaikan, 3 kebaikan menjadi 9 kebaikan dan seterusnya.

Diawal ia mempresentasikan karyanya di depan kelas, ia menyadari kalau gurunya secara implisit mungkin telah meremehkan idenya. Ia menyadari kalau gurunya menganggap idenya itu sebagai sesuatu yang tidak mungkn untuk dilaksanakan. Taoi itulah hebatnya si bocah ini, ia tidak hanya berbicara dengan mulut tapi juga berbicara lewat tingkah lakunya, ia benar-benar melaksanakan idenya itu. Bukan karena ia merasa idenya telah diremehkan, tapi karena ia memang ingin melaksanakannya untuk mengubah dunia yang katanya sudah “brengsek” itu. Sehingga berkat usahanya, sistem Pay It Forward menjadi tren di kota itu dan kota di sekitarnya.

Melihat fenomena ini, seorang wartawan tergerak untuk mencari darimana ide ini berasal, siapa batang dari akar yang terus menjalar luas ini. Dan singkat cerita, sampailah ia kepada si bocah hebat ini. Walaupun di ujung cerita, si anak hebat ini harus mengalami nasib kurang beruntung, ia meninggal secara memprihatinkan.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari sedikit uraian di atas adalah, untuk memperbaiki kondisi bangsa ini, mulailah dari perbaikan lingkungan yang paling kecil, mulailah dari diri sendiri. Perbaikilah diri kita sendiri sebelum menyuruh orang lain memperbaiki dirinya, jangan hanya sekedar kata-kata tapi juga perbuatan nyata. Jangan hanya pandai mengkritik, sebab petir yang menggelegar di langit, belum tentu akan diikuti dengan turunya hujan.

Mari tempatkan segala sesuatunya kembali pada porsinya masing-masing. Kerjakan apa yang seharusnya sudah menjadi tugas Anda, jangan mengurangi atau melebih-lebihkan. Berbuatlah yang terbaik sesuai dengan bidang masing-masing, jangan ikut campur dalam masalah yang bukan bidang Anda, jangan merasa sok pintar dalam segala hal. Pemuda harus bisa meningkatkan kontribusinya untuk membangun bangsa. Tanyakan pada diri kita masing-masing, apa yang sudah kita berikan untuk membangun negara, jangan bertanya sebaliknya. Minimal, jika kita merasa tidak bisa berbuat sesuatu yang berguna, jangan memperparah keadaan dengan perbuatan kita yang sia-sia.

Menghina Diri Sendiri

Kalau kamu pernah melihat acara Empat Mata, disitu kita akan melihat sang penguasa acara, Si Tukul tak segan-segan menghina diri sendiri, menertawakan diri-sendiri, menonjolkan kelemahan-kelemahannya yang malah menjadi kekuatan dan daya tarik tersendiri dan mengungkapkan ironi-ironi tentang dirinya-sendiri. Misalnya ia sering mengatakan kalau dirinya adalah seorang coverboy, padahal semua orang tahu wajahnya sama sekali tak memenuhi kualifikasi sebagai seorang coverboy. Atau ia sering mengatakan kalau dirinya adalah kembarannya Ari Wibowo, emang kembar dilihat darimananya coba? Tapi bagaimanapun keadaannya, itulah Tukul, seorang yang ceplas-ceplos terkesan seenaknya sendiri, kadang terlihat lugu dan blo’onnya, namun terkandung kebijaksanaan dari gemerincing ocehan-ocehannya. Seseorang yang selalu mengaku kalau dirinya terlalu keren (too cool) untuk ukuran seorang coverboy (another ironic).

Pernahkah Anda menghina diri sendiri?.Pernahkah kamu menertawakan diri sendiri dan menunjukkan kelemahan sendiri?. Maukah Anda melakukannya, pernahkah terpikir oleh kamu untuk melakukannya?. Kalau disuruh memilih, kamu lebih memilih mana, menghina diri sendiri atau menghina orang lain?. Bagaimana hati dan pikiran Anda menyikapi sebuah penghinaan, baik yang berasal dari diri Anda sendiri maupun dari orang lain?. Bagaimana Anda memahami seorang Tukul yang hanya tertawa terkekeh-kekeh atau tersenyum simpul menghadapi penghinaan yang ditujukan pada dirinya?

Apa sih sebenarnya inti dari sebuah penghinaan itu?. Penghinaan muncul karena adanya sesuatu yang tidak sempurna, sesuatu yang tidak normal/catat atau sesuatu yang aneh sehingga ‘pantas’ dan patut untuk dihina. Menghina orang lain memang sesautu yang tidak pantas dan tidak dibenarkan dalam etika bersosialisasi. Tapi bagaimana dengan menghina diri sendiri?. Pantas dan layakkah untuk dilakukan?. Adakah manfaatnya bagi kita. Atau malah tidak ada manfaatnya sama sekali dan justru malah merendahkan diri kita sendiri? . Kalau emang tidak ada manfaatnya sama sekali, tak perlulah kita membicarakannya di sini.

Secara psikologi, menghina diri sendiri dapat membuat seseorang semakin rendah diri jika tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri. Namun dapat juga membuat seseorang semakin kuat mentalnya dalam menghadapi kehidupan, karena barangkali ia sudah sering mendapatkan penghinaan yang lebih dari itu. Seorang yang bermental baja, yang cacat kakinya yang juga berprofesi sebagai pembuat kaki palsu di Mojosari, Mjokerto, Sugeng Siswoyudono begitulah namanya, dikalangan anak buahnya disebut dengan Jendral. Ketika ada seorang anak muda yang datang padanya ingin dibuatkan kaki palsu untuk kakinya yang cacat, sang Jendral malah memarahi dan menghinanya dengan caci makian. “Lapo koen orep, wong sekelmu wis koyok ngunu kok”. Orang macam apa yang tidak akan marah bila dihina dengan cacian semacam apa itu?. Ia masih muda tiba-tiba harus kehilangan kesempurnaan hidupnya dengan kehilangan salah satu kakinya. Ia butuh seseorang yang bisa menguatkan hatinya dan datang ke seorang yang barangkali tepat, tapi mengapa ia malah menghinanya?.

Setidaknya memang itulah metode yang digunakan sang Jendral untuk membentuk mental baja para anak buahnya. Ia dihina dengan sehina-hinanya supaya ia terbiasa dengan hinaan semacam itu. Karena dunia di luar sana, dunia ini dan orang-orangnya, punya bermacam-macam penghinaan yang mungkin jauh lebih menyakitkan dan merendahkan. Kamu harus kuat, kamu harus sabar. Karena bagaimanapun keadaanmu, hidup ini tak mau bertoleransi, kamu harus tetap berjuang untuk menghadapinya dengan caramu sendiri.

Penghinaan itu, bagaimanapun bentuknya, sebenarnya .adalah salah satu jalan untuk mengingatkan betapa kita manusia ini bukanlah sosok yang sempurna. Manusia selalu punya kelemahan dan kekurangan, tidak ada itu sosok seperti Superman (Superman saja masih punya kelemahan). Dan selanjutnya bagaimana langkah kita untuk mengubah kelemahan dan kekurangan itu menjadi kekuatan untuk menghadapi kerasnya hidup. Hidup ini bisa memperlakukan kita seenaknya sendiri, karena itu ia selalu menuntut kita untuk kuat dalam berjuang.

Nulis Dulu Atau Langsung Ngetik

Aku punya kebiasaan, jika ingin menulis sesuatu, entah itu artikel, puisi, cerpen atau yang lainnya, maka aku akan menuliskannya dulu di kertas atau buku. Barulah setelah aku merasa sreg dengan apa yang kutulis, aku akan mengetikkannya di komputer, baik itu file pribadi atau untuk saya publikasikan di blog.

Ada beberapa teman saya yang mengatakan, bahwa apa yang aku lakukan bukan sesuatu yang efektif, karea harus bekerja dua kali, nulis dulu baru kemudian mengetikkannya. Mengapa tidak mengetik langsung aja du komputer biar efektif, begitulah kira-kira kata beberapa temanku. Kalau dipikir-pikir, memang metodeku itu terasa tidak efektif, lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga. Tapi apa mau dikata, aku sudah terlanjur merasa nyaman dengan metode itu. Aku merasa tulisan-tulisanku lebih optimal dengan metode itu. Aku merasa ide-ideku lebih mudah muncul dan mengalir ketika menulis di buku/kertas dibandingkan dengan menulis langsung di komputer.

Entah mengapa, jika mengetik langsung di depan komputer dan kemudian tiba-tiba aliran ide itu terhenti, maka aku akan sulit mengalihkan perhatian dan pikiranku dari layar monitor dengan tangan tetap gemeretakan di atas keyboard meskipun tidak mengetik apa-apa. Aku kesulitan mengalihkan perhatian untuk kemudian membiarkan hayalku berjalan-jalan mencari penerangan untuk melancarkan kembali aliran ide dari kepala. Hal sseperti ini, tidak akan aku alami jika menulis di buku.

Mungkin ini hanyalah masalah kebiasaan. Dan aku pun yakin, masing-masing kamu punya kebiasaan-kebiasaan sendiri yang unik dalam menulis, seperti halnya kebiasaan dalam belajar.Sebagian dari kamu mungkin suka menulis langsung di depan laptpop dan sebagian lagi terbiasa menulsi duludi buku (mungkin karena gak punya laptop?he he). Kalau boleh aku ibaratkan, menulis itu seperti pergi menuntut ilmu ke sekolah. Kamu boleh lewat jalan beraspal atau lewat jalan-jalan di pematang sawah, yang terpenting kamu sampai di dekolah dan mendapatkan ilmu. Menulis itu ibarat makan apel, kamu boleh mngupasnya lebih dulu atau langsung memakannya asal di cuci lebih dulu, yang terpenting adalah kamu bisa merasakan daging buahnya yang manis

Sunday, June 1, 2008

BBM: Bolak-Balik Mundhak

Suatu hari yang lagi sumpek (karena masa-masanya emang lagi sumpek), terjadi perbincangan menarik antara aku dan pamanku yang lagi meraut bambu di kampung untuk memperbaiki dinding rumahku. Dia mengeluhkan soal BLT yang belum juga turun, sedang di Jakarta sudah mulai dibagikan."Nang Jakarta wis mudun, nang kene durung, ngenteni kapan launu?", begitulah kira- kira kata-kata pamanku yang kuingat. Dia juga mengeluhkan soal distribusinya yang kurang tepat, banyak orang yang sebenarnya tidak tepat untuk mendapatkan BLT (baca orang kaya) malah mendapatkan. Sedangkan beberapa orang yang rumahnya reyot-reyot, dari tahun pertama sampai sekarang tidak pernah mendapatkan jatah BLT.

Pembicaraan akhirnya merembet ke masalah presiden. Dia berujar, "Presidene ganti tai masalahe"tetep, tetep gak teratasi, malah nambah-nambah!". Langsung saja secara spontan aku aku berkata, "Lha sampean dulu tak tawari jadi presiden gak mau e!, he he". Pamanku malah nyengar-nyengir aja. Pembicaraan pun berlanjut ke soal kenaikan harga BBM. "Wis BBM regone mundhak-mundhak ae", celetuk pamanku. "Lha kan emang cocok ma singkatannya. BBM iku singkatane Bolak-Balik Mundhak, he he".

Wednesday, May 21, 2008

Momen Drastis

Sesungguhnya pelajaran memang bisa kita ambil peristiwa apa saja, yang kita dengar, yang kita dengar, yang kita alami sendiri atau yang dialami orang lain. Kebetulan aku adalah penggemar sepakbola dan aku percaya banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari salah satu olahraga terpopuler di planet bumi ini.

Hari ini 22 Mei 2008, adalah hari yang sangat bersejarah bagi Manchester United maupun Chelsea. Hari ini menjadi pembuktian siapa klub terbaik di evel kompetisi Eropa. Hari ini tidak akan pernah dilupakan oleh fans kedua klub di seluruh dunia. Begitu tinggi tensi pertandingan ini, karena bisa dibilang keduanya adalah klub terbaik dari tanah Ratu Elizabeth.

Lalu, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pertandingan ini?. Seperti yang kita ketahui bersama, untuk menentukan siapa pemenang pertandingan ini harus ditentukan lewat adu pinalti. Dalam kedudukan 4-4 dan Chelsea menyisakan satu orang penendang, John Terry-lah orangnya. Dalam hitungan detik ke depan ia bisa menjadi pahlawan bagi Chelsea, yang pastinya akan dielu-elukan oleh pendukungnya di seantero kota London. Itu jika ia berhasil menendang bola ke gawang yang dijaga Van der Saar. Tapi ternyata dalam hitungan detik itu, segalanya menjadi berkebalikan menjadi John Terry. Ia gagal memasukkan bola hanya karena saat menendang ia terpeleset sehingga arah tembakannya meleset. Hanya dalam hitungan detik ia menjadi pecundang, menjadi yang tertuduh karena Chelsea akhirnya gagal meraih gelar Liga Champions untuk pertama kalinya. Hanya sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mengubah mimpi menjadi pahlawan kemudian menjadi pecundang.

So, dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak akan pernah tahu, dalam waktu sekian detik itu, kemana takdir akan membawa kita. Jadi sebaiknya kita selalu rendah diri, jangan terlalu berbangga diri, jangan sombong dan berlagak akan hidup untuk selamanya. Mungkin saja, kamu yang saat ini bertimbun harta, dalam sekian detik ke depan akan bertimbun derita dan nestapa. Siapa yang menyangka, Anda yang saat ini ada di puncak gunung kegemilangan akan terperosok ke dalam jurang yang gelap penuh tangis. Berpikirlah, agar kita menjadi manusia yang bijaksana.

Tuesday, April 1, 2008

Ronaldo Emang Hebat

Jempolan Deh
Ronaldo kamu emang hebat, terimakasih ya dah bikin tidurku nyenyak, he he he. Terus bikin prestasi ya,...Bravo Man United, Glory Glory Man United.



Thursday, March 13, 2008

Trik Download mp3

DOWNLOAD MP3 DENGAN MUDAH

Pingin download mp3 dengan mudah. Masuklah ke Google dan gunakan pencarian dengan kata kunci ?intitle:index.of? mp3 [artist] [title] . Ubah [artis] dengan band/penyanyi yang kamu cari dan ubah [title] dengan judul lagunya. Setelah hasil pencarian ditampilkan, pilih salah satu. Maka lagu yang kamu bisa cari muncul dan bisa langsung didownload.
Selengkapnya downloadlaguindonesia.net

Wednesday, March 5, 2008


PERPISAHAN YANG MENYAKITKAN

Ovie masih saja duduk termenung di depan makam Alfred. Tak henti-hentinya ia menaburkan bunga di atas makam itu, padahal bunganya hampir menumpuk menutup seluruh makam itu. Tak bosan-bosan ia mengusap nisan makam itu. Sementara air mata terus mengalir membasahi pipi. Suara isak tangisnya menderu-deru mengiris hati. Ovie serasa tak percaya, padahal Alfred masih bersamanya semalam. Tapi Minggu pagi ini, ia harus kembali ke pangkuan yang kuasa karena ditabrak mobil saat meyeberang. Dan yang paling menyakitkan, mobil itu melarikan diri tak ketahuan rimbanya.


Ovie sungguh merasa kehilangan. Alfred-lah yang selama ini menjadi menjadi tempat baginya untuk berbagi rasa dan cerita. Alfred-lah yang selalu menghiburnya bila ia sedang sedih. Juga Alfred-lah yang selalu membuatnya tersenyum dan bersemangat kala ia sedang muram. Ovie selalu terbayang dengan sikap manjanya itu. Pokoknya Alfred adalah segalanya baginya. Tak akan tergantikan oleh apapun juga.


Matahari sudah hampir tinggi, tapi Ovie tak kunjung beranjak berdiri. Sedari pagi ia telah duduk di situ. Mamanya yang sejak tadi menemani, sampai bosan membujuk Ovie agar mau pulang. Ingin meninggalkannya sendirian, Mama tentu tak tega. Mama tentu tak ingin membiarkan Ovie sendiri dalam kesedihan.


“Ovie sayang, ayo dong kita pulang”. “Hari sudah siang nih, lagian Mama sudah lelah!”.


“Nggak, Ovie nggak mau pulang!”. “Pokoknya Ovie mau menemani Alfred di sini”. “Kalau Mama mau pulang, pulang aja sendiri”, jawab Ovie dongkol sambil terisak-isak.


“Tapi Ovie, nanti kamu sakit sayang!”.


“Biar, biar Ovie sakit”. “Pokoknya Ovie nggak mau pulang, Ovie harus menemani Alfred di sini!”.


“Mama ngerti perasaan kamu sayang”. “Tapi kamu juga nggak bisa terus-terusan begini!”. “Alfred pasti tambah sedih deh kalau kamu tetap begini”. Kali ini Ovie hanya diam menunduk. Tak minat lagi ia memberi alasan pada Mama-nya. Hatinya sudah bersikeras untuk tetap bertahan.


“Ya sudah kalau begitu”. “Kamu sudah membuat pilihan dan Mama percaya sama kamu!”. Akhirnya sang Mama memilih untuk pulang. Ia terpaksa meninggalkan Ovie tenggelam sendiri dalam kesedihannya. Nanti toh ia akan sadar dengan sendirinya.


Tak lama sepeninggal sang Mama, giliran Papa yang datang. Ia berdiri di belakang Ovie yang duduk termenung. Ditatapnya dengan penuh kasih sayang anak perempuan satu-satunya itu. Dari lima anak-anaknya, Ovie adalah anak terakhir dan satu-satunya yang perempuan. Padahal sejak dulu ia selalu menginginkan anak perempuan. Tapi rupanya Tuhan baru mengabulkan permintaannya di anak yang ke lima. Oleh karena itu, ia sangat menyayangi Ovie lebih dari anak-anaknya yang lain.
“Papa juga mau mengajak Ovie pulang khan?”. Rupanya Ovie telah menyadari kedatangan Papa-nya. Papa-nya jadi salah tingkah.
“Nggak, nggak!”. “Papa bukannya mau ngajak kamu pulang”. “Papa cuma mau lihat keadaan kamu di sini kok”. Keduanya terdiam untuk sesaat. “Hmm, kamu lapar nggak Vie, makan dulu yuk?”.
“Tuh khan, Papa mau ngajak Ovie makan di rumah”.
“Bukan, bukan begitu”. “Papa mau ngajak Ovie makan, dimana aja asal Ovie mau!”.
“Kalau Ovie mau makan di sini gimana, Papa mau?”.
“OK, OK nggak masalah”. “Kamu tunggu di sini sebentar ya, Papa akan kembali”. Habis berkata seperti itu, Papa-nya langsung ngeloyor pergi. Ovie memperhatikan tingkah laku ayahnya itu dengan senyum kecut. Kok ya mau-maunya Papa menuruti kemauanku, pikir Ovie. Tapi memang seperti itulah Papa-nya Ovie. Apa saja akan dilakukannya untuk menyenangkan putrinya.


Sepuluh menit kemudian, kembalilah sang Papa dengan terburu-buru. Di tangannya sudah ada sepiring makanan dan segelas orange juice kesukaan Ovie.
“Nih Ovie, kamu makan ya biar nggak sakit!”. Ovie menerima makanan dari Papa-nya dan langsung memakannya dengan lahap. Karena sedari tadi memang perutnya sudah keroncongan, menuntut haknya untuk di isi. Pura-pura saja kalau ia bilang nggak lapar. Sehabis makan, giliran orange juice-nya yang habis dalam beberapa teguk. Sang Papa hanya tergeleng-geleng melihat anaknya yang satu itu.

“Sudah kenyang Vie?”
“Sudah Pa!”.
“Nah begitu dong”. “Begitu khan lebih baik”. “Oh ya Vie, Si Bonie nyari kamu tuh!”.
“Bilang aja Ovie nggak ada Pa”. “Lagian apa maunya sih tuh cowok sering-sering datang kemari?”.
“Ya mana Papa tahu”. “Yang seharusnya lebih tahu khan kamu!”. “Tapi Papa sudah terlanjur bilang, supaya dia menunggu sebentar, Papa mau panggilin kamu”.
“Ya udah, bilang aja lagi kalau Ovie lagi sakit dan nggak mau diganggu”. “Pokoknya, saat ini Ovie nggak ingin ketemu dengan siapapun juga termasuk dengan Si Bonie”. “Ovie hanya mau berdua saja dengan Alfred”.
“Ovie Ovie, Papa benar-benar nggak ngerti dengan keinginan kamu” “Untuk kali ini, Papa angkat tangan deh”. Seperti sang Mama sebelumnya, Papa pun menyerah. Ia lebih memilih pulang daripada menuruti keinginan Ovie yang semakin konyol.


Setelah orang kedua pergi, setengah jam kemudian datanglah orang ketiga. Kali ini yang datang adalah Si Robbie, kakak ketiga Ovie. Robbie baru saja pulang dari kuliah. Dibandingkan dengan kakak-kakak yang lain, Robbie lah yang paling dekat dengan Ovie. Robbie langsung duduk di samping Ovie dan, dirangkulnya adiknya yang cantik itu. Diusapnya rambut dan kening Ovie.


“Ovie, kakak tahu kamu pasti sedih banget”. “Semua orang akan merasa sedih bila kehilangan yang disayanginya”. “Begitu juga kakak, kakak sedih sekali waktu Dorry meninggal”. “Tapi kakak tahu, kakak masih punya banyak hal lain yang kakak sayangi dan sebaliknya menyayangi kakak”. “Begitu juga dengan kamu Ovie, kamu masih punya Papa, Mama, Kak Romy, Kak Jacky, Kak Robbie dan Kak Ronnie. “Mereka adalah orang-orang yang kamu sayangi dan juga menyayangi kamu”. “Mereka selalu ada di kala kamu sedang sedih, merekalah yang membuatmu tersenyum di kala kamu sedang muram”. “Kamu mesti tabah dong sayang!”.
Mendengar penjelasan panjang lebar dari Robbie, tampaknya luluh juga Ovie. Ditatapnya wajah kakaknya dengan senyum kebahagiaan. Setelah itu dipeluknya kakaknya erat-erat. Robbie pun menyambut pelukan adiknya dengan kelembutan hatinya. Lantas keduanya berdiri dan melangkah pergi untuk pulang. Ovie menggamit pinggang kakaknya dengan mesra. Papa dan Mama yang tadi datang bersama Robbie, menyambut kedua anaknya itu dengan pelukan hangat. Mama mengusap air mata yang membasahi pipi Ovie dengan sapu tangan. Tak kuasa ia menahan keharuan tatkala menatap wajah putrinya yang nakal itu.

“Kita pulang ya Nak?”. Ovie hanya mengangguk pelan. Keempatnya lantas berjalan beriringan pulang.

Bila mengingat peristiwa menyedihkan itu, ingin rasanya Ovie tersenyum bahkan kalau perlu tertawa terbahak-bahak. Dipandanginya foto yang tergantung di dinding kamarnya itu. Fotonya waktu masih kelas 6 SD sedang menggendong Alfred kucingnya, sedang disampingnya adalah Kak Robbie dengan burung kakatua kesayangannnya Si Dorry. Robbie lah yang waktu itu mengubur Alfred di belakang rumah sesuai dengan permintaan Ovie. Ovie tak habis mengerti mengapa dirinya sampai sebegitu-begitunya. Padahal kalau mau, dia bisa saja menengok makam Alfred setiap hari.

Tuesday, March 4, 2008

YANG MEREKA BILANG ITU DOSA



Mereka bilang ini dosa,
Kata siapa, wong ini enak, kataku
Mereka ngomong ini haram,
Siapa bilang, wong semua orang berebut
Tidak peduli Lurah, Camat, ulama bahkan presiden
Mereka juga bilang, aku tidak punya nurani
Lalu aku bilang, apakah atasanku memilikinya?.

Korupsi, korupsi, dan korupsi
Itulah yang bilang dosa dan haram
Mengambil yang bukan milik
Memalak yang bukan hak
Memalsu yang bisa dipalsu

Aku tidak pernah peduli
Pada kalian yang merasa kukhianati
Hanya satu yang terpatri di kepala
"AMBIL SELAGI BISA"
Hanya satu yang terpatri di hati
"KORUPSI ADALAH SEBUAH TRADISI"

Sampai saat itu tiba
Aku masih terus bernafsu
Sampai saat itu menjemput
Aku masih terus memburu dunia
Aku terus mengkhianati kalian

Sebelum tanah menghimpit raga
Sebelum sesal menampar hati
Dan sebelum aku baka dalam siksa
Akulah sang raja dunia
Akulah sang penguasa rimba
Hati Kawula

Aku terbang bersama mimpi-mimpiku
Aku luruh menjadi asap
Membumbung tinggi bersama angan-anganku
Terbang tinggi selayak satria Pringgadani
Di atas samudera biru nusantara

Oh,
Alangkah sempurnanya mimpi-mimpi itu
Begitu hebatnya angan-angan itu
Tiada cacat tiada cela
Serupa melati mawar berbingkai permata
Serupa jamrud di tengah dunia

Kujelajah negeri Anta Berantah
Tuk mencari tambatan mimpi-mimpiku
Tambatan serupa angan-anganku
Pengobat seuntai air mata rinduku

Kubertamu pada istana-istana yang megah membahana
Kutemui raja-raja bermahkota permata ludira
Singgasananya mengambang di atas tirta samsara para kawula
Busananya berlapis sutera ungu memukau
Para dayang cantik berhias bulu-bulu putih keperakan menyilaukan mata
Para menteri duduk menunduk berjajar

Wahai Raja, hamba datang!
Kupersembahkan berpeti-peti petisi
Titipan para kawula yang ber-Puputan Margarana
Titipan para kawula yang berteriak-teriak karena derita

Wahai Raja, hamba datang!
Hanya untuk sekedar mengingatkan
Barangkali engkau telah lama tertindih hati nurani
Oleh bujuk rayu manis para Sengkuni!

Sesungguhnya tak banyak yang mereka harapkan
Hanya sedikit waktu dari sehari penuh
Hanya sekejap dari waktu matamu terjaga
Hanya setitik dari rasa empatimu
Hanya setetes dari rasa peduli yang tersimpan dalam kuali hatimu.