Sunday, July 6, 2008

BERIKAN YANG TERBAIK DARI DIRI ANDA UNTUK NEGARA

Momen kebangkitan nasional tahun ini diwarnai dengan berbagai macam keprihatinan. Keprihatinan akan kondisiperpolitikan, kondisi perekonomian rakyat, kondisi pendidikan, keprihatinan akan sikap dan mental para wakil rakyat, dan tentunya keprihatinan terkait timbulnya aneka konflik sebagai ekses keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Seolah-olah menegaskan akan makna kebangkitan itu sendiri, berbagai keprihatinan itu muncul untuk menguji kemampuan bangsa ini dalam menghadapi keterpurukan untuk kemudian bangkit kembali menuju keadaan yang lebih baik. Keadaan yang selama 100 tahun Kebangkitan Nasional, kita masih berusaha untuk mencapainya.

Namun seperti apa yang dikatakan Deddy Mizwar, “bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa”. Begitulah memang seharusnya sikap kita dalam menghadapi aneka cobaan itu. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan negara ini. Seburuk apapun kondisinya, jangan bersikap pesimis untuk menciptakan kemajuan, jangan sampai kelak kita menyesal karena belum berjuang. “Kita mempunya 40 juta alasan untuk kegagalan, tapi tak satupun yang bisa dimaafkan”, begitulah kata Rudyart Kipling, peraih nobel tahun 1907. Lain lagi yang dikatakan Napoleon Bonaparte, “Tidak ada yang mustahil di bawah kolong langit ini. Mustahil adalah kata yang digunakan oleh orang tolol”.

So, tidak ada yang mustahil untuk memajukan negeri ini. Tidak ada kata mustahil dengan harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu macan Asia, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi swasembada pangan lagi. Tidak mustahil meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di level Asia atau dunia, tidak mustahil memberhangus budaya korupsi, tidak mustahil Indonesia bisa merajai bulutangkis dunia lagi, pun tidak mustahil Indonesia bisa menjadi juara Piala Asia atau menjadi kontestan Piala Dunia. Tapi untuk mewujudkan itu membutuhkan proses dan kerja keras. Karena jalan menuju puncak gunung tidaklah mudah dan nyaman, melainkan berkelok-kelok, penuh batu, tebing curam dan jurang yang dalam.

Banyak ide-ide besar yang dikemukakan untuk mmeperbaiki kondisi bangsa kita saat ini. Namun kembali pada hakekat sebuah ide, ide akan jadi lebih bermakna bila dilaksanakan, sehingga ia tidak seperti embun di atas aspal yang akan segera menguap bila terkena panas, menghilang sia-sia. Sebuah ide besar yang brilian yang tidak dilaksanakan, nasibnya tidak lebih baik dari ide kecil dan sederhana tapi benar-benar dilaksanakan.

Oleh karena itu, jika ingin memajukan kondisi negara kita ini, harus dimulai dari hal-hal kecil, dari lingkungan yang terkecil, mulai dari diri-sendiri. Menyumbangkan ide/pemikiran besar, boleh-boleh saja bahkan harus, asalkan manfaatnya benar-benar mengena pada kehidupan rakyat.

Sebab bangsa ini adalah sebuah elemen besar, yang terdiri dari elemen-elemen kecil. Untuk memperbaiki elemen yang besar itu, elemen-elemen yang kecil harus memperbaiki diri dulu. Mari kita perbaiki diri sendiri, sebelum bersuara lantang menyerukan orang lain untuk memperbaiki diri atau kelompoknya. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri. Berikanlah yang terbaik sesuai dengan bidang dan minat yang kita jalani.

Saudara yang pedagang, jadilah pedagang yang jujur, jangan mengurangi timbangan, jangan memalsukan produk. Saudara yang nelayan, tangkaplah ikan secara bijaksana, jangan merusak laut dengan bom atau racun. Saudara yang petani, bekerjalah sebagaimana mestinya, saudara-saudaralah yang turut menghidupi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Anda yang pengusaha, bersainglah secara jujur dan sehat, perhatikanlah nasib buruh-buruh Anda, jangan mengeksploitasinya seperti mesin. Anda yang polisi, jadilah yang benar-benar pengayom masyarakat, jangan menyusahkan rakyat dengan pungli-pungli, bekerjalah dengan baik, jangan mengkorupsi waktu. Anda yang guru, jangan hanya bisa menyuruh untuk belajar, Anda juga harus banyak-banyak belajar, tingkatkan intelektualitas dan kompetensi Anda. Andalah kunci keberhasilan pendidikan di negeri ini. Anda yang sastrawan, ciptakanlah karya-karya yang bermutu tinggi, yang mampu memberikan pencerahan bagi jiwa bangsa ini. Jangan melupakan moralitas hanya demi popularitas dan finansial.

Seorang muda yang intelek dan berbakat seperti Habiburrohman El Shirazy pernah berkata dalam suatu wawancara, untuk meningkatkan kemajuan negeri, kita khususnya kaum muda harus bisa meningkatkan prestasi dibidang kita masing-masing. Pendapat seperti ini tentulah sangat tepat,sebab pada dasarnya yang menjadi sendi dan masa depan dari keberadaan bangsa ini adalah para pemuda. Keadaan pemuda saat ini, bisa merefleksikan keadaan bangsa beberapa tahun yang akan datang. Keberhasilan pembangunan pemuda saat ini, adalah kunci keberhasilan pembangunan di masa mendatang. Jika para pemuda, tidak bisa berbuat sesuatu yang besar untuk membuat perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, berbuatlah sesuatu yang kecil, namun jika yang kecilpun tak mampu melakukannya, setidaknya jangan menambah susah ibu pertiwi ini dengan perbuatan yang sia-sia. Sudah cukuplah derita yang telah ditanggungnya, jangan lagi ditambah-tambah.

Kalau Anda pernah melihat film Pay It Forward (Balaslah ke Orang Lain), betapa kita akan memperoleh sebuah makna yang besar. Betapa sebuah ide yang bermanfaat, yang membuat perubahan untuk kebaikan bersama, bisa datang dari siapa saja termasuk dari anak kecl yang asih lugu pemikirannya. Namun dengan keluguan pemikirannya itulah, ia bisa melaksanakan idealismenya tanpa terbebani rasa takut dan pamrih.

Berawal dari tugas dalam mata pelajaran ilmu sosial, dan keprihatinan akan keadaan dunia yang menurutnya sudah “brengsek” ini, si bocah kecil tokoh utama dalam film ini, membuat paper yang isinya menganjurkan kepada tiap orang untuk berbuat kebaikan apa saja kepada 3 orang lain, dan menyuruh masing-masing dari 3 orang itu untuk membalas kebaikan kepada 3 orang lainnya. Dengan demikian akan tercipta sistem berbuat kebaikan yang mengakar. 1 kebaikan menjadi 3 kebaikan, 3 kebaikan menjadi 9 kebaikan dan seterusnya.

Diawal ia mempresentasikan karyanya di depan kelas, ia menyadari kalau gurunya secara implisit mungkin telah meremehkan idenya. Ia menyadari kalau gurunya menganggap idenya itu sebagai sesuatu yang tidak mungkn untuk dilaksanakan. Taoi itulah hebatnya si bocah ini, ia tidak hanya berbicara dengan mulut tapi juga berbicara lewat tingkah lakunya, ia benar-benar melaksanakan idenya itu. Bukan karena ia merasa idenya telah diremehkan, tapi karena ia memang ingin melaksanakannya untuk mengubah dunia yang katanya sudah “brengsek” itu. Sehingga berkat usahanya, sistem Pay It Forward menjadi tren di kota itu dan kota di sekitarnya.

Melihat fenomena ini, seorang wartawan tergerak untuk mencari darimana ide ini berasal, siapa batang dari akar yang terus menjalar luas ini. Dan singkat cerita, sampailah ia kepada si bocah hebat ini. Walaupun di ujung cerita, si anak hebat ini harus mengalami nasib kurang beruntung, ia meninggal secara memprihatinkan.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari sedikit uraian di atas adalah, untuk memperbaiki kondisi bangsa ini, mulailah dari perbaikan lingkungan yang paling kecil, mulailah dari diri sendiri. Perbaikilah diri kita sendiri sebelum menyuruh orang lain memperbaiki dirinya, jangan hanya sekedar kata-kata tapi juga perbuatan nyata. Jangan hanya pandai mengkritik, sebab petir yang menggelegar di langit, belum tentu akan diikuti dengan turunya hujan.

Mari tempatkan segala sesuatunya kembali pada porsinya masing-masing. Kerjakan apa yang seharusnya sudah menjadi tugas Anda, jangan mengurangi atau melebih-lebihkan. Berbuatlah yang terbaik sesuai dengan bidang masing-masing, jangan ikut campur dalam masalah yang bukan bidang Anda, jangan merasa sok pintar dalam segala hal. Pemuda harus bisa meningkatkan kontribusinya untuk membangun bangsa. Tanyakan pada diri kita masing-masing, apa yang sudah kita berikan untuk membangun negara, jangan bertanya sebaliknya. Minimal, jika kita merasa tidak bisa berbuat sesuatu yang berguna, jangan memperparah keadaan dengan perbuatan kita yang sia-sia.

Menghina Diri Sendiri

Kalau kamu pernah melihat acara Empat Mata, disitu kita akan melihat sang penguasa acara, Si Tukul tak segan-segan menghina diri sendiri, menertawakan diri-sendiri, menonjolkan kelemahan-kelemahannya yang malah menjadi kekuatan dan daya tarik tersendiri dan mengungkapkan ironi-ironi tentang dirinya-sendiri. Misalnya ia sering mengatakan kalau dirinya adalah seorang coverboy, padahal semua orang tahu wajahnya sama sekali tak memenuhi kualifikasi sebagai seorang coverboy. Atau ia sering mengatakan kalau dirinya adalah kembarannya Ari Wibowo, emang kembar dilihat darimananya coba? Tapi bagaimanapun keadaannya, itulah Tukul, seorang yang ceplas-ceplos terkesan seenaknya sendiri, kadang terlihat lugu dan blo’onnya, namun terkandung kebijaksanaan dari gemerincing ocehan-ocehannya. Seseorang yang selalu mengaku kalau dirinya terlalu keren (too cool) untuk ukuran seorang coverboy (another ironic).

Pernahkah Anda menghina diri sendiri?.Pernahkah kamu menertawakan diri sendiri dan menunjukkan kelemahan sendiri?. Maukah Anda melakukannya, pernahkah terpikir oleh kamu untuk melakukannya?. Kalau disuruh memilih, kamu lebih memilih mana, menghina diri sendiri atau menghina orang lain?. Bagaimana hati dan pikiran Anda menyikapi sebuah penghinaan, baik yang berasal dari diri Anda sendiri maupun dari orang lain?. Bagaimana Anda memahami seorang Tukul yang hanya tertawa terkekeh-kekeh atau tersenyum simpul menghadapi penghinaan yang ditujukan pada dirinya?

Apa sih sebenarnya inti dari sebuah penghinaan itu?. Penghinaan muncul karena adanya sesuatu yang tidak sempurna, sesuatu yang tidak normal/catat atau sesuatu yang aneh sehingga ‘pantas’ dan patut untuk dihina. Menghina orang lain memang sesautu yang tidak pantas dan tidak dibenarkan dalam etika bersosialisasi. Tapi bagaimana dengan menghina diri sendiri?. Pantas dan layakkah untuk dilakukan?. Adakah manfaatnya bagi kita. Atau malah tidak ada manfaatnya sama sekali dan justru malah merendahkan diri kita sendiri? . Kalau emang tidak ada manfaatnya sama sekali, tak perlulah kita membicarakannya di sini.

Secara psikologi, menghina diri sendiri dapat membuat seseorang semakin rendah diri jika tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri. Namun dapat juga membuat seseorang semakin kuat mentalnya dalam menghadapi kehidupan, karena barangkali ia sudah sering mendapatkan penghinaan yang lebih dari itu. Seorang yang bermental baja, yang cacat kakinya yang juga berprofesi sebagai pembuat kaki palsu di Mojosari, Mjokerto, Sugeng Siswoyudono begitulah namanya, dikalangan anak buahnya disebut dengan Jendral. Ketika ada seorang anak muda yang datang padanya ingin dibuatkan kaki palsu untuk kakinya yang cacat, sang Jendral malah memarahi dan menghinanya dengan caci makian. “Lapo koen orep, wong sekelmu wis koyok ngunu kok”. Orang macam apa yang tidak akan marah bila dihina dengan cacian semacam apa itu?. Ia masih muda tiba-tiba harus kehilangan kesempurnaan hidupnya dengan kehilangan salah satu kakinya. Ia butuh seseorang yang bisa menguatkan hatinya dan datang ke seorang yang barangkali tepat, tapi mengapa ia malah menghinanya?.

Setidaknya memang itulah metode yang digunakan sang Jendral untuk membentuk mental baja para anak buahnya. Ia dihina dengan sehina-hinanya supaya ia terbiasa dengan hinaan semacam itu. Karena dunia di luar sana, dunia ini dan orang-orangnya, punya bermacam-macam penghinaan yang mungkin jauh lebih menyakitkan dan merendahkan. Kamu harus kuat, kamu harus sabar. Karena bagaimanapun keadaanmu, hidup ini tak mau bertoleransi, kamu harus tetap berjuang untuk menghadapinya dengan caramu sendiri.

Penghinaan itu, bagaimanapun bentuknya, sebenarnya .adalah salah satu jalan untuk mengingatkan betapa kita manusia ini bukanlah sosok yang sempurna. Manusia selalu punya kelemahan dan kekurangan, tidak ada itu sosok seperti Superman (Superman saja masih punya kelemahan). Dan selanjutnya bagaimana langkah kita untuk mengubah kelemahan dan kekurangan itu menjadi kekuatan untuk menghadapi kerasnya hidup. Hidup ini bisa memperlakukan kita seenaknya sendiri, karena itu ia selalu menuntut kita untuk kuat dalam berjuang.

Nulis Dulu Atau Langsung Ngetik

Aku punya kebiasaan, jika ingin menulis sesuatu, entah itu artikel, puisi, cerpen atau yang lainnya, maka aku akan menuliskannya dulu di kertas atau buku. Barulah setelah aku merasa sreg dengan apa yang kutulis, aku akan mengetikkannya di komputer, baik itu file pribadi atau untuk saya publikasikan di blog.

Ada beberapa teman saya yang mengatakan, bahwa apa yang aku lakukan bukan sesuatu yang efektif, karea harus bekerja dua kali, nulis dulu baru kemudian mengetikkannya. Mengapa tidak mengetik langsung aja du komputer biar efektif, begitulah kira-kira kata beberapa temanku. Kalau dipikir-pikir, memang metodeku itu terasa tidak efektif, lebih banyak menghabiskan waktu dan tenaga. Tapi apa mau dikata, aku sudah terlanjur merasa nyaman dengan metode itu. Aku merasa tulisan-tulisanku lebih optimal dengan metode itu. Aku merasa ide-ideku lebih mudah muncul dan mengalir ketika menulis di buku/kertas dibandingkan dengan menulis langsung di komputer.

Entah mengapa, jika mengetik langsung di depan komputer dan kemudian tiba-tiba aliran ide itu terhenti, maka aku akan sulit mengalihkan perhatian dan pikiranku dari layar monitor dengan tangan tetap gemeretakan di atas keyboard meskipun tidak mengetik apa-apa. Aku kesulitan mengalihkan perhatian untuk kemudian membiarkan hayalku berjalan-jalan mencari penerangan untuk melancarkan kembali aliran ide dari kepala. Hal sseperti ini, tidak akan aku alami jika menulis di buku.

Mungkin ini hanyalah masalah kebiasaan. Dan aku pun yakin, masing-masing kamu punya kebiasaan-kebiasaan sendiri yang unik dalam menulis, seperti halnya kebiasaan dalam belajar.Sebagian dari kamu mungkin suka menulis langsung di depan laptpop dan sebagian lagi terbiasa menulsi duludi buku (mungkin karena gak punya laptop?he he). Kalau boleh aku ibaratkan, menulis itu seperti pergi menuntut ilmu ke sekolah. Kamu boleh lewat jalan beraspal atau lewat jalan-jalan di pematang sawah, yang terpenting kamu sampai di dekolah dan mendapatkan ilmu. Menulis itu ibarat makan apel, kamu boleh mngupasnya lebih dulu atau langsung memakannya asal di cuci lebih dulu, yang terpenting adalah kamu bisa merasakan daging buahnya yang manis