Sunday, November 23, 2008

YANG MEREKA BILANG ITU DOSA

Mereka bilang ini dosa,
Kata siapa, wong ini enak, kataku
Mereka ngomong ini haram,
Siapa bilang, wong semua orang berebut
Tidak peduli Lurah, Camat, ulama bahkan presiden
Mereka juga bilang, aku tidak punya nurani
Lalu aku bilang, apakah atasanku memilikinya?.


Korupsi, korupsi, dan korupsi
Itulah yang bilang dosa dan haram
Mengambil yang bukan milik
Memalak yang bukan hak
Memalsu yang bisa dipalsu


Aku tidak pernah peduli
Pada kalian yang merasa kukhianati
Hanya satu yang terpatri di kepala
"AMBIL SELAGI BISA"
Hanya satu yang terpatri di hati
"KORUPSI ADALAH SEBUAH TRADISI"

Sampai saat itu tiba
Aku masih terus bernafsu
Sampai saat itu menjemput
Aku masih terus memburu dunia
Aku terus mengkhianati kalian

Sebelum tanah menghimpit raga
Sebelum sesal menampar hati
Dan sebelum aku baka dalam siksa
Akulah sang raja dunia
Akulah sang penguasa rimba

Hati Kawula

Aku terbang bersama mimpi-mimpiku
Aku luruh menjadi asap
Membumbung tinggi bersama angan-anganku
Terbang tinggi selayak satria Pringgadani
Di atas samudera biru nusantara

Oh,
Alangkah sempurnanya mimpi-mimpi itu
Begitu hebatnya angan-angan itu
Tiada cacat tiada cela
Serupa melati mawar berbingkai permata
Serupa jamrud di tengah dunia

Kujelajah negeri Anta Berantah
Tuk mencari tambatan mimpi-mimpiku
Tambatan serupa angan-anganku
Pengobat seuntai air mata rinduku

Kubertamu pada istana-istana yang megah membahana
Kutemui raja-raja bermahkota permata ludira
Singgasananya mengambang di atas tirta samsara para kawula
Busananya berlapis sutera ungu memukau
Para dayang cantik berhias bulu-bulu putih keperakan menyilaukan mata
Para menteri duduk menunduk berjajar

Wahai Raja, hamba datang!
Kupersembahkan berpeti-peti petisi
Titipan para kawula yang ber-Puputan Margarana
Titipan para kawula yang berteriak-teriak karena derita

Wahai Raja, hamba datang!
Hanya untuk sekedar mengingatkan
Barangkali engkau telah lama tertindih hati nurani
Oleh bujuk rayu manis para Sengkuni!

Sesungguhnya tak banyak yang mereka harapkan
Hanya sedikit waktu dari sehari penuh
Hanya sekejap dari waktu matamu terjaga
Hanya setitik dari rasa empatimu
Hanya setetes dari rasa peduli yang tersimpan dalam kuali hatimu.

Professionalism and Idealism

Sesungguhnya seperti isme-isme yang lain, dia memang menuntut perjuangan dan pengorbanan. Konsistensi kita dalam menjalankan nilai yang terkandung dalam isme itulah yang menjadikannya benar-benar sebuah isme. Tapi entah kenapa, konsistensi itu itu pula yang memberikan implikasi kurang menyenangkan bagi kita. Inilah yang lantas secara aklamasi kita sebut sebagai sebuah ironi.


Let's talk about Idealism

Idealisme hanya hanya akan membuat kamu miskin dan termarginalkan. Terutama bila kamu tidak didukung oleh sistem dimana kamu sendiri menjadi elemen dari sistem itu sendiri. Sebenarnya tidak pernah ada yang salah dengan sistem, karena ia selalu dibuat dengan sebagus dan seideal mungkin.Hanya saja personal-personal yang membentuk sistem itu sendirilah yang membuat sistem tampak cacat. Tapi memang baru sampai di situ sajalah kemampuan kita, masih sibuk mengutak-atik/membangun sistem dan melupakan membangun elemen-elemen pendukungnya. Apa jadinya bila kita bersusah payah memegang idealisme sementara kita dikelilingi oleh orang-orang yang skeptis dan oportunis. Bersiap-siaplah untuk merana, dihina dan ditertawakan.
Ironi 1 : Orang yang idealis malah miskin termarginalkan


Let's talk about Professionalism.

Sedangkan profesionalisme membuat kamu seperti orang paling bodoh di dunia. Di dalam sistem yang tidak sejalan dengan prinsip kamu, kamu adalah ALien, keberadaan kamu dianggap tidak teridentifikasi seperti UFO (Unidentified Flying Object). Itu artinya kamu harus mengambil jalan yang pastinya berbeda dengan jalan yang diambil kebanyakan orang. Jalan yang karena banyak orang yang yang melaluinya, maka dianggap benar. Kamu berteriak keras menunjukkan keteguhan prinsip kamu, tapi mereka sama sekali acuh tak acuh, tak peduli. Jadilah kamu seperti orang yang tampak bodoh.
Ironi 2 : Orang profesional malah tidak dianggap dan terlihat bodoh


What we try to say.

Mereka, kebanyakan orang itu, memang sering berkumpul, rapat, diskusi, mengadakan seminar tentang profesionalisme dengan tema-tema yang megah, menggetarkan jiwa. Mereka pintar beranalisa, berargumentasi dan juga berkonspirasi. Tapi apa yang mereka analisa dan argumentasikan, never more than just a fake. A great conspiration covered by a fake.
Ironi 3 : Megah tapi palsu


The conclution.

Aku sebenarnya malu mengucapkan semua ini. Aku malu dan malas harus bertengkar soal profesionalisme dan idealisme. Aku bahkan rela jika dikatakan kurang beretika. Aku seharusnya adalah orang yang bekerja dengan dasar ketulusan dan keikhlasan. Tapi apa daya, bagaimanapun aku tetap manusia biasa, bahkan ketulusan dan keikhlasan itu tak mampu memberikan aku kehidupan. Aku membutuhkan timbal balik sebagai konsekuensi dari tuntutan profesionalisme yang sudah kami laksanakan.
Ironi 4 : Aku mau tapi malu dan malas


Closing Statement

"Idealisme menuntun kita pada kehancuran. Profesionalisme di institusi ini adalah sebuah pertanyaan. KENYATAAN DALAM DUNIA FANTASI"